
HMINEWS.Com – Pasca Pilpres 9 Juli 2014, setelah setelah dua calon presiden mengklaim kemenangannya masing-masing, kita menghadapi masa ketidakpastian panjang. Problem ini memunculkan berbagai spekulasi munculnya kekerasan, konflik, hingga melambatnya investasi dan laju ekonomi. Selain itu, Pilpres 2014 ini juga mengubah peta struktur sosial masyarakat kita menjadi dua (oposisi biner). Sangat jelas, konsekuensinya adalah kedaulatan politik dan negara yang plural ini.
Berdasarkan pada konteks tersebut, Pusat Studi Sosial Politik Indonesia (Puspol Indonesia) mengadakan studi kualitatif mengenai Diskursus Pilpres 2014, dengan metode “Discourse Analysis.” Menganalisis lima aspek utama, yaitu: (1) Debat dan emosi publik; (2) Kampanye hitam dan negatif; (3) Collective action dan orientasi politik; (4) Intervensi asing; dan (5) pembelahan masyarakat.
Merah – Putih yang Terbagi: Diskursus Pilpres 2014
Debat dan Emosi Publik:
Sebelum Pilpres 9 Juli | Sesudah Pilpres 9 Juli | Dampak |
|
|
Terciptanya masyarakat tontonan – spectacle society, |
Kampanye Hitam dan Negatif
Sebelum Pilpres 9 Juli | Sesudah Pilpres 9 Juli | Dampak |
|
|
Politik kehilangan kesantunan – Senjakala Demokrasi adalah katastrofi bagi perkembangan demokrasi kita |
Collective Action dan Orientasi Politik
Sebelum Pilpres 9 Juli | Sesudah Pilpres 9 Juli | Dampak |
|
|
Munculnya berbagai gerakan sosial di tingkat grasroot, yang dapat memicu ketidakstabilan keamanan, pertikaian, dan konflik |
Intervensi Asing
Sebelum Pilpres 9 Juli | Sesudah Pilpres 9 Juli | |
|
Massifnya pemberitaan media asing menyudutkan pasangan Prabowo-Hatta.Pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan oleh para Jurnalis Asing kepada Prabowo mengarah pada “bila anda kalah”
Spekulasi kedatangan Bill Clinton, 22 Juli 2014 Bagi Kubu Jokowi-JK isu intervensi asing menjadi senjata politik baru dalam pilpres ini. Tim Kampanye Jokowi-JK merasa aneh dengan tuduhan sejumlah pihak yang mengeksploitasi intervensi asing di ajang Pilpres 2014. |
Melucuti kedaulatan NKRI |
Pembelahan Masyarakat
Sebelum Pilpres 9 Juli | Sesudah Pilpres 9 Juli |
|
|
Menjahit Kembali Merah – Putih Kita
Perlu waktu yang tak sedikit untuk mengembalikan “pembelahan masyarakat” ini kepada bentuk struktur semula pasca Pilpres 2014. Untuk itu, perlu dilakukan Rekonsiliasi, Reorientasi Sistem Kaderisasi dan Pendidikan Politik, Spirit Kebangsaan, dan Spirit Kedaulatan.
Rekonsiliasi dan pencegahan konflik pasca Pilpres mutlak diperlukan antara dua kubu kontestan. Pilpres 2014 yang hanya menyajikan dua pasang calon, dalam banyak hal mencerminkan kegagalan elite politik melahirkan generasi pemimpin bangsa. Untuk itu, perlu reorientasi sistem kaderisasi dan pendidikan politik di masa mendatang.
Menumbuhkembalikan Spirit Kebangsaaan dengan mengedepankan semangat spiritualitas, toleransi, saling menghargai, bersatu, dan adil yang bertumpu kepada ideologi berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila.
Point penting dari ajang Pilpres ini adalah “kedaulatan bangsa”, di mana ke depan tujuan dan tantangan bernegara akan teramat besar, siapapun yang akan menjadi presiden kita nanti, diperlukan komitmennya untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Demikian studi kualitatif Puspol Indonesia yang diketuai Ubedillah Badrun (Direktur) dan Ketua Litbang Ahmad Tarmiji A.